Judul: Atas Nama Regenerasi (Pemuda dan Masa Depan Pembangunan Sulawesi Selatan)
Penulis: Ishak Ngeljaratan, Andi Jaya Sose, Azikin Solthan, dll.
Kata Pengantar: Idrus Marham
Penyunting: Armin Mustamin Toputiri
Penerbit: toACCAe Publishing
Halaman:
Tetbit:
Sinopsis:
Sejarah bangsa membuktikan bahwa peran kaum kaum sangat signifikan dalam memajukan bangsa Indonesia, sebagaimana tercatat dalam beberapa etape kesejarahan pembaharuan kebangsaan, sebutlah diantaranya dalam rentetan gerakan kepemudaan pada tahun 1908, 1928, 1945, 1966, 1974, dan 1998. Itu membuktikan bahwa masa depan bangsa ada ditangan generasi muda selanjutnya. Begitu juga wajah Sulawesi Selatan ke depan, dapat diukur dari bagaimana wajah generasi mudanya saat ini dalam melakukan akselarasi untuk memberdayakan dirinya. Tentu saja upaya pemberdayaan itu, tidak hanya diantara kaum muda itu sendiri, bersama kelembagaannya, tetapi diperlukan adanya daya dukung eksternal.
Sadar akan tanggungjawab masa depan daerah dalam kerangka otonomi daerah, maka pada prinsipnya penyusunan arah pembangunan daerah Sulawesi Selatan, jauh lebih mengedepankan untuk memberi titik perhatian bagi pemberdayaan generasi muda --- entah bagaimana bentuknya --- dalam rangka penggalian dan pembibitan sumber daya manusia daerah, sebagai bagian dari upaya penyiapan lapis kader. Bukan lagi program yang sifatnya parsial, lain pemimpin lain kebijakan dan arah yang dituju, tetapi pada saatnya diperlukan program yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
Meskipun secara konsepsional dipahami bahwa keberlanjutan dan kesinambungan bukanlah soal manusianya, tetapi pada programnya, tetapi yang hendak dimaknai adalah konsepsi program yang berkelanjutan tidak berarti apa-apa jikalau sumber daya manusia yang akan menerimanya tidak memiliki kesiapan secara maksimal. Pembangunan daerah, tentu bukan hanya untuk hari ini saja, tetapi berorientasi mendepan untuk mencapai visi dan misinya. Peluang dan tantangan pembangunan daerah ke depan, tanggungjawabnnya --- secara otomatis --- berada di tangan generasi mudanya saat ini, karena secara alamiah akan mengambil alih kepemimpinan daerah ke depan.
Sebaliknya, kelembagaan organisasi kepemudaan sebagai wadah laboratorium kader, memiliki tanggungjawab untuk sejak dini mempersiapkan kader-kadernya melalui program yang juga berorientasi mendepan, karena program pemberdayaan pemuda tidak saja berada pada program pemerintah daerah, tetapi lebih utama berada pada kelembagaan pemuda itu sendiri. Pertanyaannya, bagaimana bentuk pemberdayaan yang sebenarnya, apakah tantangan dan peluang yang akan dihadapinya di masa datang, dan bagaimanakah seharusnya peran strategis yang akan dimainkiannya?
Pengambilan topik tentang pemuda dan pembangunan yang berdimensi lokal Sulawesi Selatan, tidaklah bermaksud meminggirkan pemikiran ke wilayah kedaerahan, tetapi demikianlah semestinya kerangka berpikir strategis dalam pemberlakuan kebijakan otonomi daerah, tidak lagi tepat menyusun kerangka strategis peran kepemudaan secara nasional, lalu membiarkan kondisi lokal tertinggalkan. Paradigma yang kemudian dikembangkan, bagaimana membangun kedayaan lokal berdasarkan lingkungan strategis, untuk memperkaya kebutuhan nasional. Tepatnya, berpikir global bertindak lokal.
Pada rana pemikiran seperti itulah setidaknya buku ini diterbitkan untuk mencoba menawarkan ragam pemikiran --- meskipun tidak semuanya gagasan baru --- untuk menambah khazanah perbendaharaan pemikiran tentang problematika kepemudaan yang sudah terlanjur kita miliki sebelumnya. Setidaknya, ada sejumlah pemikiran orisinil dan gagasan baru yang kita dapat temukan dari lima belas tulisan yang termaktub dalam buku ini, yang pada prinsipnya memang pengkajiannya tidak tuntas dan dianggap tidak selesai, karena dimaksudkan untuk menyediakan ruang diskusi untuk mencoba mencari jawabnya yang tetat, sesuai kebutuhyan.
Buku ini berbentuk bunga rampai pemikiran dari tiga lapisan generasi, yaitu masing-masing, Muhammad Sabri AR, Muhammad Natsir, Andi Jaya Sose, Hasrullah, Muhlis Sufri, Idris Patarai, Imran Hanafi, Zainal A. Sandia, A. Nurfitri Balasong, Ishak Ngeljaratan, Azikin Solthan, Wendy J. Tikupadang, Ni’matullah, dan Nurcahaya Tandang, serta Idrus Marham (Kerua Umum DPP KNPI) memberi Kata Pengantar.
Penulis: Ishak Ngeljaratan, Andi Jaya Sose, Azikin Solthan, dll.
Kata Pengantar: Idrus Marham
Penyunting: Armin Mustamin Toputiri
Penerbit: toACCAe Publishing
Halaman:
Tetbit:
Sinopsis:
Sejarah bangsa membuktikan bahwa peran kaum kaum sangat signifikan dalam memajukan bangsa Indonesia, sebagaimana tercatat dalam beberapa etape kesejarahan pembaharuan kebangsaan, sebutlah diantaranya dalam rentetan gerakan kepemudaan pada tahun 1908, 1928, 1945, 1966, 1974, dan 1998. Itu membuktikan bahwa masa depan bangsa ada ditangan generasi muda selanjutnya. Begitu juga wajah Sulawesi Selatan ke depan, dapat diukur dari bagaimana wajah generasi mudanya saat ini dalam melakukan akselarasi untuk memberdayakan dirinya. Tentu saja upaya pemberdayaan itu, tidak hanya diantara kaum muda itu sendiri, bersama kelembagaannya, tetapi diperlukan adanya daya dukung eksternal.
Sadar akan tanggungjawab masa depan daerah dalam kerangka otonomi daerah, maka pada prinsipnya penyusunan arah pembangunan daerah Sulawesi Selatan, jauh lebih mengedepankan untuk memberi titik perhatian bagi pemberdayaan generasi muda --- entah bagaimana bentuknya --- dalam rangka penggalian dan pembibitan sumber daya manusia daerah, sebagai bagian dari upaya penyiapan lapis kader. Bukan lagi program yang sifatnya parsial, lain pemimpin lain kebijakan dan arah yang dituju, tetapi pada saatnya diperlukan program yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
Meskipun secara konsepsional dipahami bahwa keberlanjutan dan kesinambungan bukanlah soal manusianya, tetapi pada programnya, tetapi yang hendak dimaknai adalah konsepsi program yang berkelanjutan tidak berarti apa-apa jikalau sumber daya manusia yang akan menerimanya tidak memiliki kesiapan secara maksimal. Pembangunan daerah, tentu bukan hanya untuk hari ini saja, tetapi berorientasi mendepan untuk mencapai visi dan misinya. Peluang dan tantangan pembangunan daerah ke depan, tanggungjawabnnya --- secara otomatis --- berada di tangan generasi mudanya saat ini, karena secara alamiah akan mengambil alih kepemimpinan daerah ke depan.
Sebaliknya, kelembagaan organisasi kepemudaan sebagai wadah laboratorium kader, memiliki tanggungjawab untuk sejak dini mempersiapkan kader-kadernya melalui program yang juga berorientasi mendepan, karena program pemberdayaan pemuda tidak saja berada pada program pemerintah daerah, tetapi lebih utama berada pada kelembagaan pemuda itu sendiri. Pertanyaannya, bagaimana bentuk pemberdayaan yang sebenarnya, apakah tantangan dan peluang yang akan dihadapinya di masa datang, dan bagaimanakah seharusnya peran strategis yang akan dimainkiannya?
Pengambilan topik tentang pemuda dan pembangunan yang berdimensi lokal Sulawesi Selatan, tidaklah bermaksud meminggirkan pemikiran ke wilayah kedaerahan, tetapi demikianlah semestinya kerangka berpikir strategis dalam pemberlakuan kebijakan otonomi daerah, tidak lagi tepat menyusun kerangka strategis peran kepemudaan secara nasional, lalu membiarkan kondisi lokal tertinggalkan. Paradigma yang kemudian dikembangkan, bagaimana membangun kedayaan lokal berdasarkan lingkungan strategis, untuk memperkaya kebutuhan nasional. Tepatnya, berpikir global bertindak lokal.
Pada rana pemikiran seperti itulah setidaknya buku ini diterbitkan untuk mencoba menawarkan ragam pemikiran --- meskipun tidak semuanya gagasan baru --- untuk menambah khazanah perbendaharaan pemikiran tentang problematika kepemudaan yang sudah terlanjur kita miliki sebelumnya. Setidaknya, ada sejumlah pemikiran orisinil dan gagasan baru yang kita dapat temukan dari lima belas tulisan yang termaktub dalam buku ini, yang pada prinsipnya memang pengkajiannya tidak tuntas dan dianggap tidak selesai, karena dimaksudkan untuk menyediakan ruang diskusi untuk mencoba mencari jawabnya yang tetat, sesuai kebutuhyan.
Buku ini berbentuk bunga rampai pemikiran dari tiga lapisan generasi, yaitu masing-masing, Muhammad Sabri AR, Muhammad Natsir, Andi Jaya Sose, Hasrullah, Muhlis Sufri, Idris Patarai, Imran Hanafi, Zainal A. Sandia, A. Nurfitri Balasong, Ishak Ngeljaratan, Azikin Solthan, Wendy J. Tikupadang, Ni’matullah, dan Nurcahaya Tandang, serta Idrus Marham (Kerua Umum DPP KNPI) memberi Kata Pengantar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar