Judul: Jejak dan Langkah H. Arifin Nu'mang
Penulis: Armin Mustamin Toputiri
Kontributor: A. S. Kambie & Idwar Anwar
Terbit: April 2006
Penerbit: toACCAe Publishing
ISBN: 979-98972-8-9
Halaman: xxviii + 165
Sinopsis:
Buku ini merupakan memoar ”Jejak dam Langkah” sosok H. Arifin Nu’mang sebagai seorang pejuang yang mengabdikan seluruh jiwa raganya hanya untuk tanah tumpah darahnya, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan. Ia mengikuti jejak ayahnya La Nu’mang sebagai gerilyawan dalam Laskar Ganggawa di Kota Pare-Pare dan sekitarnya untuk mengusir kaum kolonial dari Bumi Pertiwi, namun dalam masa perjuangan ayahnya kemudian tertembak mati oleh kekejaman pasukan Westerling dalam pembantaian rakyat secara massal di Pare-Pare.
Meski demikian, semangatnya tidak pernah surut, sehingga pada akhirnya ia diangkat menjadi TNI. Posisi paling akhir dijabatnya dalam karir militer adalah Komandan Batalyon 011 Toddopuli, yang menjadi fasilitator rekonsiliasi sangat bersejarah, yaitu antara Pangdam Hasanudddin, M. Yusuf dengan Andi Selle di Pinrang. Selanjutnya ia dikaryakan sebagai Bupati Sidrap selama dua periode (1966-1978). Sebagai Bupati ia coba mendobrak keterbelakangan melalui sejumlah karya monumental untuk mensejahterakan rakyatnya. Sejumlah karyanya masih tetap dinikmati masyarakat sampai sekarang. Kisah inilah yang memberi inspirasi buku ini diberi judul: ”Mengubah Tantangan Menjadi Anugerah”.
Selain itu, sebagai Bupati ia juga berhasil mengembangkan sumber daya manusia di Sidrap. Banyak kader handal di lingkungan pemerintahan dilahirkannya, diantaranya ada sembilan orang kader dan mantan bawahannya belakangan mengikuti jejaknya terpilih sebagai Kepala Daerah, diantaranya Zaing Katoe (Walikota Pare-Pare), Opu Sidik (Mantan Bupati Sidrap), Malik B. Masry (Mantan Walikota Makassar), serta lainnya, sehingga H. Arifin Nu’mang patut pula digelari sebagai ”Tokohnya para Tokoh”.
Paling akhir dari pengabdiannya sebelum menemui ajalnya di Rumah Sakit Pelamonia 07 April 1996, ia mendapatkan amanah sebagai Anggota DPRD Sulawesi Selatan, dua periode. Bersamaan dengan itu memimpin Markas Daerah LVRI Sulawesi Selatan selama 17 tahun hingga akhir hayatnya sebelum dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar.
Penulis: Armin Mustamin Toputiri
Kontributor: A. S. Kambie & Idwar Anwar
Terbit: April 2006
Penerbit: toACCAe Publishing
ISBN: 979-98972-8-9
Halaman: xxviii + 165
Sinopsis:
Buku ini merupakan memoar ”Jejak dam Langkah” sosok H. Arifin Nu’mang sebagai seorang pejuang yang mengabdikan seluruh jiwa raganya hanya untuk tanah tumpah darahnya, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan. Ia mengikuti jejak ayahnya La Nu’mang sebagai gerilyawan dalam Laskar Ganggawa di Kota Pare-Pare dan sekitarnya untuk mengusir kaum kolonial dari Bumi Pertiwi, namun dalam masa perjuangan ayahnya kemudian tertembak mati oleh kekejaman pasukan Westerling dalam pembantaian rakyat secara massal di Pare-Pare.
Meski demikian, semangatnya tidak pernah surut, sehingga pada akhirnya ia diangkat menjadi TNI. Posisi paling akhir dijabatnya dalam karir militer adalah Komandan Batalyon 011 Toddopuli, yang menjadi fasilitator rekonsiliasi sangat bersejarah, yaitu antara Pangdam Hasanudddin, M. Yusuf dengan Andi Selle di Pinrang. Selanjutnya ia dikaryakan sebagai Bupati Sidrap selama dua periode (1966-1978). Sebagai Bupati ia coba mendobrak keterbelakangan melalui sejumlah karya monumental untuk mensejahterakan rakyatnya. Sejumlah karyanya masih tetap dinikmati masyarakat sampai sekarang. Kisah inilah yang memberi inspirasi buku ini diberi judul: ”Mengubah Tantangan Menjadi Anugerah”.
Selain itu, sebagai Bupati ia juga berhasil mengembangkan sumber daya manusia di Sidrap. Banyak kader handal di lingkungan pemerintahan dilahirkannya, diantaranya ada sembilan orang kader dan mantan bawahannya belakangan mengikuti jejaknya terpilih sebagai Kepala Daerah, diantaranya Zaing Katoe (Walikota Pare-Pare), Opu Sidik (Mantan Bupati Sidrap), Malik B. Masry (Mantan Walikota Makassar), serta lainnya, sehingga H. Arifin Nu’mang patut pula digelari sebagai ”Tokohnya para Tokoh”.
Paling akhir dari pengabdiannya sebelum menemui ajalnya di Rumah Sakit Pelamonia 07 April 1996, ia mendapatkan amanah sebagai Anggota DPRD Sulawesi Selatan, dua periode. Bersamaan dengan itu memimpin Markas Daerah LVRI Sulawesi Selatan selama 17 tahun hingga akhir hayatnya sebelum dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar