Judul: Perempuan untuk Perempuan
(Sketsa Pemikiran Perempuan untuk Pemberdayaan Potensi Perempuan di Sulawesi Selatan)
Penulis: Farida Nurland, Sumarwati Kramadibrata, Dwi Tina MK, dkk.
Prolog: Hj. Apiaty Kamaluddin
Epilog: Zohra Andi Baso, dkk
Penyunting: Nurfitri Balsaong & Hasmawati Hamid
Penerbit: toACCAe Publishing
Terbit: April 2006
Tebal: 176 + xxxii
ISBN: 979-98972-4-6
Sinopsis:
Membaca torehan lintasan sejarah Sulawesi Selatan --- baik sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka --- mengungakpkan bahwa tidak sedikit diantaranya dibijaksanai oleh kepemimpinan perempuan sesuai zamannya, yang terbukti sering unggul dalam menciptakan ruang berkehidupan yang berkeadilan, harmonis dan sejahtera bagi masyarakatnya. Sebagaimana terungkapkan bahwa sekian kerajaan di Sulawesi Selatan, singgasananya pernah diduduki oleh seorang raja berjenis kelamin perempuan. Sebutlah misalnya telah dibuktikan We Tenri Rawe (PajungE dan Datu Luwu ke-14), Sitti Aisyah We Tenri Olle (Ratu Kerajaan Tanete Barru ke-10), Andi Ninnong (Ranreng Tua Kerajaan Wajo tahun 1920), Andi Depu (Ratu kerajaan Balanipa Mandar), dan lainnya.
Kebijaksanaan seperti itu, tidak lebih karena secara substansial perempuan pada dasarnya memiliki potensi dan kompetensi yang sesungguhnya berdaya saing tinggi, kemudian menjadi terabaikan dalam beberapa dekade terakhir. Selain karena faktor sosio kultural Sulawesi Selatan pada khususnya, yang sedikit banyaknya menutup ruang kondusif bagi teraktualisasikannya potensi dan kompetensi perempuan secara maksimal. Tetapi pada sisi lain, perempuan secara tidak sadar, ikut pula terseret untuk terjebak dengan dogma-dogma kultrural seperti itu, sehingga cenderung mengabaikan kompetensinya.
Pada saatnya perjuangan kaum feminis kemudian bergerak untuk menyibak tabir kelam itu. Belakangan kemudian disadari bahwa salah satu bagian terpenting yang dipandang mendesak untuk mendapatkan prioritas dari sekian dimensi pembangunan, adalah potensi perempuan. Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, kemudian ikut memberi respon positif, sebagaimana termaktub dalam sejumlah rumusan arah dan kebijakan pembangunan Sulawesi Selatan, bahwa persoalan perempuan menjadi urgen untuk diberdayakan.
Kebijaksanaan pembangunan yang berorientasi seperti itu, secara substansial masih dipandang belum cukup menyentuh persoalan yang sesungguhnya, baru sebatas pada program pemberdayaan yang dapat diterjemahkan menempatkan perempuan pada tataran objek, belum pada taratan kebijakan untuk upaya penciptaan ruang kondusif, untuk menempatkan perempuan sebagai subjek, sehingga dapat lebih leluasa memainkan peran dan posisinya dalam mengatualkan potensi dan kompetensi yang dimilikinya secara kompetitif.
Persoalan lain yang kemudian jadi bias, karena soal program pemberdayaan perempuan dalam dimensi pembangunan daerah, sering-sering digagas --- atau malah justru dilaksanakan --- oleh kaum laki-laki, sehingga sering-sering menjadi bias gender. Padahal (kalau seandainya mau jujur), yang lebih paham soal bagaimana program, metode pendekatan dan pelaksanaannya, adalah kaum perempuan itu sendiri. Untuknya dalam prioritas program pembangunan daerah ke depan, sudah semestinya dibuka ruang pelibatan komponen perempuan didalamnya, karena perempuan memiliki urgensi spesifik dalam eksistensinya sebagai manusia, sehingga dapat tercipta tatanan equal yang seringkali dipandang hanya sebelah mata --- kalau tidak ingin dikatakan dinafikan --- dalam proses pembangunan yang tidak bias gender.
Bagaimana merumuskan peran perempuan dalam berbagai dimensi pembangunan Sulawesi Selatan ke depan, serta kerangka kerja yang lebih tepat, berdaya guna dan berhasil guna, sudah semestinya dirumuskan oleh kaum perempuan itu sendiri. Untuk itulah sehingga buku berbentuk bunga rampai pemikiran para tokoh, akademisi, pemikir dan penggiat soal perempuan di Sulawesi Selatan ini, patutu dijadikan bahan kajian bagi perempuan dalam memberdayakan dan memanfaatkan potensi dirinya bagi masyarakat, bangsa dan negara, khususnya dalam kelangsungan pembangunan Sulawesi Selatan.
(Sketsa Pemikiran Perempuan untuk Pemberdayaan Potensi Perempuan di Sulawesi Selatan)
Penulis: Farida Nurland, Sumarwati Kramadibrata, Dwi Tina MK, dkk.
Prolog: Hj. Apiaty Kamaluddin
Epilog: Zohra Andi Baso, dkk
Penyunting: Nurfitri Balsaong & Hasmawati Hamid
Penerbit: toACCAe Publishing
Terbit: April 2006
Tebal: 176 + xxxii
ISBN: 979-98972-4-6
Sinopsis:
Membaca torehan lintasan sejarah Sulawesi Selatan --- baik sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka --- mengungakpkan bahwa tidak sedikit diantaranya dibijaksanai oleh kepemimpinan perempuan sesuai zamannya, yang terbukti sering unggul dalam menciptakan ruang berkehidupan yang berkeadilan, harmonis dan sejahtera bagi masyarakatnya. Sebagaimana terungkapkan bahwa sekian kerajaan di Sulawesi Selatan, singgasananya pernah diduduki oleh seorang raja berjenis kelamin perempuan. Sebutlah misalnya telah dibuktikan We Tenri Rawe (PajungE dan Datu Luwu ke-14), Sitti Aisyah We Tenri Olle (Ratu Kerajaan Tanete Barru ke-10), Andi Ninnong (Ranreng Tua Kerajaan Wajo tahun 1920), Andi Depu (Ratu kerajaan Balanipa Mandar), dan lainnya.
Kebijaksanaan seperti itu, tidak lebih karena secara substansial perempuan pada dasarnya memiliki potensi dan kompetensi yang sesungguhnya berdaya saing tinggi, kemudian menjadi terabaikan dalam beberapa dekade terakhir. Selain karena faktor sosio kultural Sulawesi Selatan pada khususnya, yang sedikit banyaknya menutup ruang kondusif bagi teraktualisasikannya potensi dan kompetensi perempuan secara maksimal. Tetapi pada sisi lain, perempuan secara tidak sadar, ikut pula terseret untuk terjebak dengan dogma-dogma kultrural seperti itu, sehingga cenderung mengabaikan kompetensinya.
Pada saatnya perjuangan kaum feminis kemudian bergerak untuk menyibak tabir kelam itu. Belakangan kemudian disadari bahwa salah satu bagian terpenting yang dipandang mendesak untuk mendapatkan prioritas dari sekian dimensi pembangunan, adalah potensi perempuan. Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, kemudian ikut memberi respon positif, sebagaimana termaktub dalam sejumlah rumusan arah dan kebijakan pembangunan Sulawesi Selatan, bahwa persoalan perempuan menjadi urgen untuk diberdayakan.
Kebijaksanaan pembangunan yang berorientasi seperti itu, secara substansial masih dipandang belum cukup menyentuh persoalan yang sesungguhnya, baru sebatas pada program pemberdayaan yang dapat diterjemahkan menempatkan perempuan pada tataran objek, belum pada taratan kebijakan untuk upaya penciptaan ruang kondusif, untuk menempatkan perempuan sebagai subjek, sehingga dapat lebih leluasa memainkan peran dan posisinya dalam mengatualkan potensi dan kompetensi yang dimilikinya secara kompetitif.
Persoalan lain yang kemudian jadi bias, karena soal program pemberdayaan perempuan dalam dimensi pembangunan daerah, sering-sering digagas --- atau malah justru dilaksanakan --- oleh kaum laki-laki, sehingga sering-sering menjadi bias gender. Padahal (kalau seandainya mau jujur), yang lebih paham soal bagaimana program, metode pendekatan dan pelaksanaannya, adalah kaum perempuan itu sendiri. Untuknya dalam prioritas program pembangunan daerah ke depan, sudah semestinya dibuka ruang pelibatan komponen perempuan didalamnya, karena perempuan memiliki urgensi spesifik dalam eksistensinya sebagai manusia, sehingga dapat tercipta tatanan equal yang seringkali dipandang hanya sebelah mata --- kalau tidak ingin dikatakan dinafikan --- dalam proses pembangunan yang tidak bias gender.
Bagaimana merumuskan peran perempuan dalam berbagai dimensi pembangunan Sulawesi Selatan ke depan, serta kerangka kerja yang lebih tepat, berdaya guna dan berhasil guna, sudah semestinya dirumuskan oleh kaum perempuan itu sendiri. Untuk itulah sehingga buku berbentuk bunga rampai pemikiran para tokoh, akademisi, pemikir dan penggiat soal perempuan di Sulawesi Selatan ini, patutu dijadikan bahan kajian bagi perempuan dalam memberdayakan dan memanfaatkan potensi dirinya bagi masyarakat, bangsa dan negara, khususnya dalam kelangsungan pembangunan Sulawesi Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar